10 Years Challenge: Perpustakaan Kami juga Perpustakaan Unsyiah

                     "PUSTAKA CHALLENGE"                   

Image result for gambar gedung sekolah kartun
(doc.google)
Ketertarikan mengunjungi perpustakaan adalah salah satu cara saya untuk mengisi kekosongan, menghilangkan kejenuhan, dan menyumpal kebosanan. Memasuki semester genap pada tahun ajaran 2018/2019, saya berkiprah kembali di salah satu sekolah tempat saya mengampu pendidikan dulu, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di kabupaten Aceh Utara. Muncul sebuah kebanggaan tersendiri ketika berkesempatan menjadi keluarga besar dari sekolah favorit di kabupaten tersebut. 

Namun, meskipun seorang alumni, kehadiran saya tetap disambut sebagai pendatang baru dengan status pelajar tahun kelulusan 2009 berubah menjadi pengampu mata pelajaran. Selama beradaptasi ini, selain di laboratorium dan mengajar di kelas, saya sering mencari tempat singgahan yang dapat memberikan kenyamanan dalam berfikir, dan menjalin kekeluargaan baik dengan staff maupun siswa, juga untuk menggali ilmu dan materi ajar yang akan disajikan kepada siswa, tempat tersebut saya temukan di sebuah ruang baca perpustakaan, sejak Rabu, 02 Januari 2019.


Tercapainya tujuan utama perpustakaan sebagai sudut baca yang memperluas wawasan dan meningkatnya kegemaran membaca pengunjung pustaka, tentu karena tersedianya fasilitas yang memadai dan pengelolaan tata ruang yang mendukung. Jika menilik kata yang sangat viral di awal tahun yang millenial ini "Challenge", secara sengaja saya mengangkat sebuah fakta terkini dari 10 tahun silam keadaan perpustakaan di sekolah saya dengan mengusung tulisan yang berjudul, "10 Years Challenge: Perpustakaan Kami juga Perpustakaan Unsyiah". Ini artinya Tantangan Perubahan Perpustakaan di Sekolah Kami pada 10 tahun yang lalu dari tahun ini. 

Tidak bermaksud menggurui, namun faktanya perpustakaan lebih identik hanya dikenal dengan gedung yang sering dikunjungi oleh orang-orang tertentu, bahkan memunculkan istilah yang hanya di kunjungi oleh "kutu buku". Ini merupakan tantangan bagi setiap perpustakaan yang seharusnya lebih memaknai  arti perpustakaan sesuai  UU No. 43 Tahun 2007 yang berbunyi:

"Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku, guna memenuhi kebutuhan pendidikan penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi pemustaka. Bahkan, perpustakaan yang ideal adalah perpustakaan yang mampu melakukan minat baca pada siswa lebih meningkat, mampu mengubah karakter dari yang tidak suka membaca menjadi lebih suka membaca sehingga menjadikan siswa yang kaya literasi atau melek informasi".

Tampak menarik, berdasarkan runtutan di atas sesuai Pustaka Challenge ini, saya akan mengajak pembaca buat menghadirkan rasa bangga kepada setiap perpustakaan di sekolah yang kini telah berhasil melewati tantangan perpustakaan pada 10 tahun silam. Meskipun belum jauh sempurna, saya akan menjabarkan keberhasilan Perpustakaan di sekolah kami dengan rumusan masalah, "Bagaimanakah perubahan (inovasi) 10 tahun silam yang telah kita temukan pada Perpustakaan  di sekolah kami dulu? " 

Mari kita simak sedikit ulasan karakteristik yang perlu dimiliki dari perpustakaan yang ideal diantaranya: 

Lokasi Gedung Aksesibilitas
Tahun 2009, perpustakaan di sekolah terletak di bagian belakang sekolah. Secara teori, Darmono dalam bukunya Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (2001:196) menyatakan bahwa penentuan lokasi gedung perpustakaan berpengaruh pada aktivitas perpustakaan. Dalam hal ini, saya menyimpulkan bahwa penentuan lokasi gedung perpustakaan sekolah seharusnya bertempat pada lokasi yang strategis dan mudah di akses oleh warga sekolah. Tidak berada pada lokasi yang agak ke tepi dari bangunan-bangunan kelas hingga seperti asing dan harus mempunyai faktor lalu-lintas yang dapat menunjang proses belajar-mengajar. Kini, letak gedung perpustakaan di sekolah telah di tata dengan relokasi yang aksesibilitas dan arsitektural.

(ilustrasi perpustakaan tahun 2019)


Tentu, pemeliharaan kondisi gedung perpustakaan pada 10 tahun lalu begitu jelas berbeda pada tahun 2019. Perpustakaan di sekolah di relokasi lebih strategis. Jarak dengan antar ruang lebih mudah di akses oleh warga sekolah, baik dari kantor tenaga kependidikan maupun kelas pelajar. Lokasi gedung perpustakaan di sekolah kini berada tepat di bagian depan. Sebangun dengan laboratorium dan berada di tingkat dua.




(kondisi terkini perpustakaan sekolah)

Masih sangat sederhana, tapi kondisi ini jauh lebih baik dari 10 tahun silam. Sebelumnya, perpustakaan di sekolah hanya berkisar 8 m x 5 m dan dipadati dengan rak-rak buku yang tinggi tak beraturan. Namun, tahun 2019 ini saya melihat kenyamanan ini tampak muncul dari luasnya ruangan yang hampir mencapai 12 m x 6 m dengan susunan buku di tepi-tepi rak yang tersusun rapi.


Koleksi Buku Variatif
Berangkat dari keadaan perpustakaan di sekolah pada tahun 2009 lalu yang masih berkubus dan tampak baku dan sangat difokuskan sebagai tempat belajar dan sekedar membaca, menulis hal-hal yang penting dicatatan, dan kembali ke kelas masing-masing. 10  tahun yang lalu perpustakaan hanya diisi oleh petugas pustaka dan transaksi pinjam-meminjam dengan siswa saja. Selebihnya juga ada diberdayakan oleh guru-guru bidang studi untuk berdiskusi kelompok, namun fasilitas kursi dan meja yang terbatas mengharuskan kami untuk mondar-mandir bertanya kepada guru karena tidak adanya fasilitas papan tulis untuk guru menerangkan pelajaran. Bahkan, beberapa dari kami harus tukaran bangun duduk sembari mencari buku referensi yang beberapa juga dalam terbitan lama.

Nah, pada tahun 2019 ini, sesuai kebutuhan peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar, perpustakaan di sekolah turut menyegerakan adanya fasilitas yang memenuhi, khususnya penyediaan buku peserta didik. Meskipun masih ada sedikit keterbatasan siswa dalam memperoleh buku, namun buku-buku pelajaran siswa memenuhi kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum yang harus diterapkan sekarang. Siswa-siswa tidak lagi menggunakan edisi pegangan buku kurikulum lama. Selain itu, juga terdapat buku-buku bacaan atau referensi bahan ajaran yang dapat dipinjam oleh siswa selama satu semester atau bahkan hingga siswa menuju tingkat akhir di bangku sekolah. Hampir 4000 ekslampar buku yang masuk terekap dalam dokumen komputer. Semua data telah diinput oleh petugas pustakawan meskipun jumlahnya sekitar 3 orang.

(doc. sekolah: Salah satu banjaran buku-buku ajar yang akan dibagikan kepada siswa)

Menjadi Ruang Kreativitas dan Pengembangan Bakat  
Menariknya lagi, perpustakaan di sekolah sudah mulai terisi dengan kegiatan siswa (ekstrakurikuler) di sela-sela waktu istirahat guna berlatih persiapan untuk tampil pada acara-acara sekolah ataupun diluar sekolah, diantaranya untuk kegiatan maulid ada latihan dzikir, kegiatan perpisahan ada latihan tari dan dipergunakan juga untuk bimbingan belajar peserta didik.

Nah, hal diatas merupakan terobosan bahwa perpustakaan difungsikan lebih dari tujuan utama belajar. Disini, siswa dapat lebih bebas mengekpresikan bakatnya seminggu 2 hari. Rabu dan Sabtu adalah jadwal hari yang mengisi perpustakaan di sekolah dengan pengembangan bakat yang ada. Tidak hanya untuk tampil di sekolah, namun seni bakat yang telah di asah tersebut juga mendapatkan undangan sebagai pengisi di kegiatan luar sekolah, baik di tingkat daerah, maupun kabupaten.




Untuk lebih rincinya mari perhatikan tabel berikut.

10 YEARS CHALLENGE: PERPUSTAKAAN SEKOLAH JUGA PERPUSTAKAAN UNSYIAH
Karakteristik
Perpustakaan di Sekolah
Perpustakaan Unsyiah
2009
2019
2019
Lokasi Gedung Aksesibitas
Agak terasing,
di bagian belakang bangunan sekolah, di lantai 1
Mudah akses (Aksesibilitas),
tepat bagian depan bangunan sekolah,
di lantai 2
Mudah akses (Aksesibilitas), strategis dengan pusat kota, mempunyai 3 lantai
Tata Ruang Memadai
Sekitaran 8 m x 5 m
Memadai  dengan luas sekitaran 12 m x 6 m
Setiap lantai dapat menampung sekkitaran 1000 orang
Koleksi Buku Variatif
Variatif, namun terbatas dan perlu fotokopian
Variatif, cukup dan sesuai terbitan terbaru
Sangat variatif dan lebih dari 10.000 Eks dengan beragam genre
Menjadi Ruang Kreativitas dan Pengembangan Bakat
Belum di fungsikan
sebagai pusat latihan ekrakurikuler
Terdapat kegiataan khusus pengembangan bakat, seperti Relax and Easy
(Tabel 1.1: Detail karakteristik Pustaka Challenge)

Keterkaitan dengan Perpustakaan Unsyiah  ----------------------

Nah, pengalaman menarik selaku alumni Unsyiah angkatan 2012 lalu, ntah kenapa saya merasa punya kedekatan batin tersendiri untuk berwisata ke berbagai pustaka, khususnya di Aceh, dari beberapa pustaka yang saya kunjungi sejak masa perkuliahan, salah satu pustaka yang saya kagumi yaitu Perpustakaan Unsyiah. Banyak inovasi dari perpustakanan Unsyiah yang saya kira menjadi terapan di perpustakaan lain. Ini dibuktikan dengan hadirnya wisatawan-wisatan lokal yang Library Tour ke Perpustakaan Unsyiah. Ada yang dari negeri tetangga, Pahang, Malaysia hingga berkali-kali kunjungan.


(doc.pribadi: kunjungan cikgu pahang 17 maret 2015)

Tentu mempunyai alasan yang kuat mengapa negara luar tersentuh untuk mengunjungi perpustakaan Unsyiah. Pastinya ada banyak inovasi yang siap di petik dari setiap pengunjung. Namun, tak semudah membalikkan telapak tangan, sebelum adanya hubungan multilateral ini tentu Perpustakaan Unsyiah duluan mengecap pahitnya perjuangan jatuh bangun dalam berbenah. Pustaka Challenge ini juga terjadi pada Perpustakaan Unsyiah. Bahkan, Perpustakaan Unsyiah di masa-masa pembenahannya juga sempat harus di tutup karena di serang oleh rayap (Baca: Diserang Hama Rayap, Perpustakaan Unsyiah Ditutup). Namun, inovasi terus digencari oleh UPT. Perpustakaan Unsyiah hingga pembenahan yang dilakukan berhasil menjadikan Perpustakaan Unsyiah sebagai satu-satunya unit kerja pertama dalam lingkup Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 27001 (Baca: Perpustakaan Unsyiah Lulus Sertifikasi ISO 27001, Satu-satunya PTN di Indonesia).

Dari runtutan diatas, saya melihat adanya keterkaitan antara inovasi Perpustakaan di Sekolah dengan Perpustakaan Unsyiah yang saling menghadirkan dimensi pengembangan nuansa kenyamanan bagi pengunjung pustaka. Ini merupakan salah satu tantangan perpustakaan yang harus dibenahi. 

Sebelumnya, pada tahun 2012 ketika saya masih mondar-mandir keluar masuk perpustakaan Unsyiah, kondisi ruangan ini sama sekali belum di fungsikan, bahkan belum ada, seiring waktu dengan kapastitas mahasiswa yang kian meningkat, sehingga dilakukanlah pembobokan salah satu ruang yang kemudian di desain secara arsitektural agar meningkatkan daya tarik pengunjung agar lebih santai dan merasa betah di pustaka seperti kenyamanan yang telah dapat di rasakan sejak tahun 2017 hingga sekarang. 


(doc.Ayu Ulya/Library Unsyiah: Ruang Lesehan Perpustakaan Unsyiah )

Hal serupa yaitu jika Perpustakaan di Sekolah dari bangku-bangku yang dulunya hanya terisi pada beberapa meja saja kini telah berinovasi lebih efektif untuk di gunakan dengan tatanan ruang lesehan. Begitupun di Perpustakaan Unsyiah, gedung yang berlantai 3 itu hampir setiap lantainya, selain terdapat fasilitas meja dan kursi yang tersusun rapi juga terdapat ruang lesehan dalam berselancar melakukan aktivitas kepustakaan, seperti berikut salah satu ruang lesehan yangg terdapat pada lantai 1 dan lantai 2 perpustakaan Unsyiah.






(doc.sekolah: suasana perpustakaan di sekolah dengan duduk lesehan)

Selain itu, tentang koleksi buku yang variatif, jelas jika Perpustakaan di Sekolah masih dibawah persentase koleksi buku di Perpustakaan 
Unsyiah. Namun, Pustaka Challenge dari perpustakaan di sekolah telah berhasil menerobos kebutuhan siswa di tahun 2019 ini.Tidak perlu lagi memfotokopi pribadi bahan ajar yang mungkin akan memberatkan beberapa siswa tertentu, baik kelas VII, VIII dan IX. Setiap siswa hampir rata-rata di fasilitasi buku pegangan masing-masing hingga mereka tamat sekolah. 

Selanjutnya, terkait perpustkaan sebagai ruang kreativitas dan pengembangan bakat, Perpustakaan Unsyiah memang lebih unggul. Setiap hari Rabu, perpustakaan Unsyiah selalu di padati oleh mahasiswa yang kian berdatangan menyaksikan tampilan-tampilan pertunjukkan seni yang disebut, " "Relax and Easy". Tak semudah membalikkan telapak tangan, kegiatan yang mulai rutin sejak 2017 tersebut juga turut mendapati challenge yang mengharuskan setiap kelompok keluar dari zona nyaman. Mulai dari pindah-pindah lokasi sambil mengangkat alat musik (Band) naik turun lantai, hingga yang kadang dianggap menganggu aktivitas pengunjung lain yang sedang belajar. Beruntungnya, kesabaran dan upaya mempertahankan agar relax and easy selalu diadakan setiap pekannya kini menghasilkan ruang khusus menampilkan bakat dan berkreativitas tanpa batas. Lokasinya juga strategis, terletak di lantai 1, bersamaan dengan "Library Caffe - Coffe Cho" dan kantin "Bang Man Corner". 


Image result for relax and easy perpustakaan unsyiah
(doc.pustaka unsyiah: saat relax n easy di lantai 2)



Image result for relax and easy perpustakaan unsyiah
(doc. pustaka unsyiah: usai relax and easy pindah lokasi)
Image result for relax and easy perpustakaan unsyiah
(doc. ulya: library caffe)
Image result for relax and easy perpustakaan unsyiah
(Doc. ulya - kantin bang man)


Kesimpulan  ----------------------
Nah, inilah sekelumit  Beyond Expectation yang telah dapat di terapkan oleh perpustakaan di sekolah dalam 10 tahun ini. Ada banyak keterkaitan yang mungkin dapat terus dilik sebagai challenge bagi perpustakaan di sekoleh terhadap inovasi dari perpustakaan Unsyiah, seperti yang sedang dihelat oleh UPT. Perpustakaan Unsyiah dengan beragam kegiatan penunjang bakat yang diisi oleh mahasiswanya, salah satunya pada kegiatan tahunan "Unsyiah Library Fiesta 2019" . 

Masih banyak juga keunggulan-keunggulan lain dari perpustakaan Unsyiah yang belum terjabarkan dengan detail , baik secara letak kawasannya yang strategis hingga banyak bantuan akses internet dengan bebas yang mendukung mahasiswa dalam mengakses informasi dan peluang-peluang dalam meraih prestasi. Siapa saja yang berkunjung ke perpustakaan Unsyiah, untuk wilayah Aceh pasti akan bergumam, "WAW", seperti cerita kami disini (Baca: Pustaka Unsyiah Saksi Cerita Kita hingga Wejangan langsung dari Rektor Unsyiah di Perpustakaan Unsyiah)

Jika Beyond Expectation mengharapkan dari fungsi kinerja sebuah perpustakaan agar tidak kaku dan baku, maka saya berharap kedepan Perpustakaan di Sekolah juga dapat terus berinovasi menembus challenges lainnya pada tahun mendatang, mungkin akan tersertifikasi akreditas ataupun tersertifikasi ISO, seperti perpustakaan Unsyiah yang juga banyak mengoleksi jurnal dan tulisan lainnya di uilis portal unsyiah. 


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekian dari saya, selamat membaca , semoga menginspirasi, salam berbagi, terimakasih 
by Riyanti Herlita, alumni FKIP Pend. Matematika Unsyiah 2012

Referensi:
UU Nomor 43 tahun 2007
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, 2001, Penerbit PT Gramedia Widiaswara Indonesia, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Manajemen Sekolah, 2000, Jakarta
Nasrullah, Rully, Handbook Blogger for Muslim,2008, Mashun, Jawa Timur

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dapat Wejangan Nasihat Khusus Saat Rektor Ke Pustaka Unsyiah

Warung Kopi Syiah Kuala bukti jejak Pengajar Muda