Pertemuan 1,"S" karena Es Cream

Photo by Riyanti Herlita | SAU3
Kampung Jawa - Memulai langkah baru untuk dapat menyesuaikan teori perkuliahan agar tak kaku dilapangan, sejatinya relawan yang siap dengan berbagai tantangan mulai bergegas menyiapkan mental untuk awal pertemuan yang diharapkan tidak sia-sia dan dapat terkesan oleh adik-adik kecil di Kampung Jawa, Minggu, 01 Maret 2015.

Pertemuan pertama tersebut memberikan pembelajaran yang sangat berarti. Kedatanganku dengan seorang yang telat 1 jam dari pukul 09.00 WIB itu melihat semangat belajar mereka begitu tinggi. Kedisipilinan mereka dalam menuntut ilmu membuat pribadi ini merasa bersalah atas waktu yang sering molor. 

Belum lagi mendengar keadaan mereka dari salah seorang calon dokter, Rishe, yang saat itu turut berpartisipasi bersamaTurun Tangan Aceh untuk mengunjungi langsung daerah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) selepas menuntun saya ke tempat tujuan, di sebuah balai yang saya anggap sangat bersejarah dalam pertemuan kami untuk saling belajar mengajar dengan mereka.

"Ya Allah kakak, Subhanallah kali mereka kak, kesehatannya luar biasa. Dengan lingkungan yang banyak sampah, tapi nggak ada yang sakit-sakitan", Tuturnya mahasiswi FK Unsyiah tersebut selepas pulang dari salah satu rumah warg yag sambanginya. 

Desi dan Tiran, dua orang adik kecil yang saat itu baru saya kenal namanya. Walaupun mereka masih lupa dengan nama saya, namun ada hal unik yang saya temui ketika harus mengenalkan alphabet untuk mereka. Ingatan mereka dalam menghafal 26 huruf dari pembelajaran di PAUD begitu kuat. Namun, butuh trik dan tips yang kuat pula untuk mengenalkan yang mana saja 26 huruf itu  kepada mereka. 

Ada banyak pengaitan yang saya coba lakukan berulang kali untuk Desi, namun tak sering juga kunjung gagal. Tetap semangat, terus cari akal, dan sangat senang rasanya ketika pencerahan pun menyapa. Dengan pengaitan bentuk "Es Cream", Desi berhasil menulis namanya di buku tulis yang dikasih oleh abangnya. 

"Adik pernah makan es krim kan? Ingat gak, kalo bau dikasih sama bapak tukang es krimnya, diatasnya berkelok-kelokkan?, Nah, gitu juga huruf S nya, bisa kan?", Ucapku yang kemudian langsung dipraktekkan Desi dan berhasil --Yes, berhasil-berhasil-berhasil, Hore-- Hufh sungguh kesenangan yang sangat bersyukur walau hanya satu huruf, namun berhasil mempertahankan ingatan Desi tehadap huruf "S" hingga usai belajar hari itu membuat semangat yang membara untuk terus mengajar mereka. 

Dan 30 menit terakhir sebelum semua adik-adik berkumpul untuk siap-siap pulang, Tiran yang awalnya belajar dengan relawan yang lainnya belajar menulis nama masing-masing bersama Desi di papan tulis putih dengan spidol dan penghapus yang mereka gunakan dengan bersaaman. Kesabaran cara berbagi mereka membuat saya begitu terharu. --Jadi teringat adik2 saya dirumah, andaikan mereka juga ingin belajar seperti ini--

Kunjungan Rishe:
Sepulang dari .....

(Bersambung)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Years Challenge: Perpustakaan Kami juga Perpustakaan Unsyiah

Dapat Wejangan Nasihat Khusus Saat Rektor Ke Pustaka Unsyiah

Warung Kopi Syiah Kuala bukti jejak Pengajar Muda